Friday, October 10, 2003

LITANI WEKKER DIGITAL — Renungan Pagi Kepala ICT

SELAMAT PAGI SAHABAT-SAHABAT DIGITAL KU, tantangan pertama telah saya lalui: tiga fase bangun pagi, jari menekan snooze, dan akhirnya snooze ke lima yang berhasil membawa saya bangun (dan kini sudah berada di ruangan kantor).

LITANI WEKKER DIGITAL
(Sebuah renungan ringan bagi umat yang hidup di bawah bayang-bayang notifikasi)

I. Tentang Panggilan Pertama
Pada bunyi pertama, aku belumlah manusia — hanya firmware yang baru menyalakan BIOS kesadaran. Jari terulur, menekan snooze, bukan untuk melawan, melainkan untuk negosiasi waktu dengan Sang Pencipta Realita.

II. Tentang Fase Kedua dan Ketiga
Alarm kedua dan ketiga bukanlah panggilan, melainkan test of redundancy — memastikan sistem masih hidup. Otak mulai melakukan boot sequence:

POST check: “masih di dunia.”
RAM self-test: “kopi belum tersedia.”
Network: “Wi-Fi belum konek, belum waktunya login ke realita.”

III. Tentang Snooze ke Empat
Di sinilah terjadi interrupt conflict antara “masih bisa tidur” dan “meeting jam 09.00.” Keduanya sama-sama process with high priority. Scheduler kehidupan pun deadlock, dan hanya intervensi ilahi — atau istri — yang bisa menekan tombol resume.

IV. Tentang Snooze ke Lima — The Awakening
Akhirnya… snooze ke lima bukan lagi alarm, tapi reboot of existence. Kopi menyala, router bergetar, dan tubuh manusia bertransformasi kembali menjadi Kepala ICT, yang kini siap menghadapi vendor, RAB, dan notifikasi dari seluruh lapisan digital.

V. Epilog
Begitulah, sahabat-sahabat digitalku: setiap pagi, kita semua sebenarnya sedang menjalani ritus startup kehidupan. Bukan hanya untuk bangun, tapi untuk memastikan bahwa jiwa dan jaringan lokal sama-sama online.

“Kenapa rapat IT belum dimulai, Pak?”
“Saya tidak terlambat… hanya menjalani lima kali system recovery sebelum produksi.”
::contentReference[oaicite:0]{index=0} 😅