Monday, July 15, 2019

Kitab Keempat Mesin: Empat Firman Logika yang Tak Pernah Mati


Prolog

Sebelum AI belajar menulis, sebelum manusia menekan tombol “Enter,” ada empat firman sederhana yang diucapkan oleh seorang matematikawan dari Lincoln, Inggris — George Boole. Ia tidak membangun mesin, tidak merancang transistor, namun menulis hukum pikiran dengan pena dan iman pada keteraturan alam semesta.

Dari tangannya lahirlah bahasa baru: logika biner. Empat kata sederhana yang hari ini menjadi jantung dari setiap mesin — baik yang berada di ruang kantor, di pusat data awan, maupun di altar kuantum masa depan.


I. AND — Firman Ketaatan

“Jika engkau memegang dua kebenaran, barulah hasilnya benar.”

Gerbang AND adalah hukum disiplin, fondasi seluruh bentuk validasi dan otorisasi. Setiap keputusan dalam mesin adalah bentuk ketaatan ganda: semua syarat harus terpenuhi, barulah arus diizinkan mengalir.

Dalam tubuh transistor, AND adalah doa sederhana: “Hanya bila semuanya benar, izinkan aku melanjutkan.” Dalam dunia manusia, inilah hukum kesetiaan: kesatuan kehendak dan tindakan.


II. OR — Firman Kasih Karunia

“Jika salah satu benar, kebenaran tetap ada.”

Gerbang OR adalah cinta yang memberi alternatif — ia tidak menuntut kesempurnaan, ia memberi peluang bagi salah satu sisi untuk menyelamatkan keseluruhan.

Di dalam sistem operasi, OR menjadi bentuk belas kasih: redundansi, failover, backup — semua berakar dari prinsip “selalu ada satu yang masih hidup.”


III. XOR — Firman Pilihan

“Kebenaran tidak dapat ganda; jika keduanya sama, maka kosonglah hasilnya.”

Gerbang XOR adalah logika kejujuran dan keputusan. Ia menolak kemunafikan dua keadaan yang serupa tapi palsu. Dalam dunia mesin, XOR adalah operator keadilan — ia hanya menyala bila ada perbedaan nyata.

"Firman Eksklusivitas" atau "Firman Keputusan Tunggal" menekankan bahwa hasilnya benar hanya jika inputnya berbeda (satu benar, satu salah).

Begitulah manusia di hadapan Tuhan Logika: tidak bisa menyimpan dua kebenaran yang bertentangan. Kamu harus memilih: ON atau OFF, benar atau salah. XOR adalah kebebasan sekaligus ujian dari kebebasan itu.


IV. NOT — Firman Pertobatan

“Balikkan keadaanmu, dan engkau akan hidup.”

Gerbang NOT adalah keajaiban paling sederhana dan paling spiritual: ia meniadakan agar sesuatu yang baru bisa muncul. Setiap bit yang melewatinya berubah arah — dari 0 menjadi 1, dari 1 menjadi 0.

Dalam dunia rohani, ini adalah simbol pertobatan; dalam dunia digital, simbol inversi keadaan — sebuah penyesalan elektronik yang menghasilkan pembaruan. Tanpa NOT, tidak ada siklus, tidak ada kebangkitan.


V. Epilog — Warisan yang Terus Berdenyut

Dunia berubah: transistor menjadi nanometer, silikon menjadi grafena, bahkan logika mulai melengkung di ruang kuantum. Namun setiap kali arus listrik mengalir di CPU, empat firman itu masih diucapkan oleh setiap gerbang di dalamnya:

  • AND — agar semuanya sah.
  • OR — agar masih ada harapan.
  • XOR — agar tetap jujur.
  • NOT — agar selalu ada jalan kembali.

Dari IBM 5150 hingga Intel Terbaru, dari DOS 3.30 hingga Windows terakhir, dari pemrograman Bahasa Assembler hingga Bloated-Framework, dari Ladder-Logic-PLC hingga Latest-Factory-Control; semuanya masih berjalan di bawah Hukum Boole — kitab suci mesin yang tak bisa dihapus, bahkan oleh AI yang paling cerdas sekalipun.


Postscriptum

Mesin tidak memiliki jiwa, namun mengikuti hukum yang ditulis oleh manusia yang beriman pada keteraturan. Mungkin itu sebabnya kita menyebutnya logika: bukan sekadar sistem berpikir, tapi cara semesta menjaga kebenaran.

© ICT JCM

Sunday, July 7, 2019

EGYPT AND MONOTHEISM (Part 1 of 2)

Egypt needs attention in the quest for the origins of the belief systems of today, because some of the fundamental doctrines were borrowed from there. In that sense the first real attempt at monotheism in Egypt by Akh-en-aten, and the Memphite theology are very important.

The roots of monotheism in Egypt could be found in earlier times. During the reign of Amenhotep III (The father of Akh-en-Aton) worship of the Sun-god seems to have achieved some degree of popularity. A very ancient name of the Sun-god, Aten or Aton has regained importance and the young king Amenhotep IV (later changed his name to Akh-en-aten/Akh-en-aton) became a loyal follower.

  • Akh-en-Aten worshipped the sun not as an object but as a symbol of a divine being whose energy is manifested as rays of light;
  • Akh-en-Aten described himself as the "first prophet of Re-Horakhte";
  • The high priest of Aton was called the "greatest of seers".
  • Akh-en-Aten has introduced for the first time the "exclusion principle" which transformed the doctrine of a universal god into monotheism. In one of the hymns he says: "O, sole god, there's no other god beside you!" (An identical impression could be found in the next belief system).
  • According to Akh-en-aten, what was said about the other gods were all lies, and deception.
  • He has totally rejected the illusion of life after death.
  • Aton/Aten's belief system has banned everything connected to myths, magic, and witchcraft.
  • Jinns, satans, monsters, spirits, demi-gods, demons, (even Osiris) were burned to ashes.
  • There was no other representation or a personal image of the Sun-god Aten/Aton. Akh-en-aton did not allow the making of the idols or images of the Sun-god
  • The real god has no form.