iOS: The Sacred Ground of Unholy Apps
Sebuah kontemplasi atas paradoks digital di zaman premium
Di atas altar aluminium:
- Touch ID sehalus dupa misa
- Retina Display secerah jendela kaca patri katedral
- iCloud seperti roh kudus: tak terlihat, tapi selalu hadir (dan mahal jika melebihi 5GB)
Namun... apa yang terjadi di dalamnya?
Litani Aplikasi yang Menyimpang di Atas Tanah Suci
- TikTok endless scroll — seperti mantra digital penghapus waktu
- Gacha games — liturgi keberuntungan palsu yang menagih persembahan dompet
- Instagram filter — penyembahan citra, bukan substansi
- AI girlfriend apps — simulasi kasih sayang tanpa tubuh, tanpa sejarah, tanpa luka
- Mobile spreadsheet — ritual keuangan senilai miliaran, dilakukan dari WC umum Stasiun Manggarai
😮 Ironi Modernitas
“Engkau membeli iPhone 15 Pro Max —
untuk menginstal aplikasi gratis yang menyedot jiwamu melalui iklan.”
Dulu, tanah suci adalah tempat manusia bertemu Tuhan.
Kini, sacred ground iOS adalah tempat manusia:
- Bertemu algoritma
- Membayar langganan
- Mencari validasi digital 24/7
Filsafat Sakramental & Teknologi
Dalam pandangan sakramental:
- Tubuh bukan sekadar fisik, tapi wadah misteri
- Maka perangkat bukan sekadar alat, tapi wadah habitus
iOS adalah altar. Tapi altar untuk siapa?
Kalau tidak hati-hati, Apple telah menciptakan ‘gereja’ baru lengkap dengan:
- Ritus pembaruan tahunan
- Persembahan lewat Face ID
- Pengakuan dosa lewat rating bintang App Store
Apple as Institusi Liturgi
Elemen iOS | Padanan Sakral |
---|---|
Face ID | Konsekrasi identitas |
App Store | Katedral digital |
iCloud | Roh kudus digital |
Update iOS tahunan | Ritus pembaharuan iman |
Siri | Paduan suara malaikat AI |
App review | Sakramen pertobatan publik |
Kesimpulan
Teknologi tidak netral.
iOS bukan sekadar “iOperating System”,
Ia adalah “iOntological Shift” — pengubah cara kita melihat diri, waktu, dan ritual hidup.
Di tengah dunia yang haus keheningan,
kita justru membangun altar di atas layar 6.1 inci
dan memohon keselamatan dari server Cupertino.
“Kami mencoba menyentuh tabut suci—
dengan tangan yang masih berbau keyboard IBM 5150 dan VT100.”
Karena kadang, yang paling kudus… tak lagi bersemayam di tempat kudus.