Friday, March 3, 2023

iOS: The Sacred Ground of Unholy Apps

iOS: The Sacred Ground of Unholy Apps

Sebuah kontemplasi atas paradoks digital di zaman premium

Di atas altar aluminium:

  • Touch ID sehalus dupa misa
  • Retina Display secerah jendela kaca patri katedral
  • iCloud seperti roh kudus: tak terlihat, tapi selalu hadir (dan mahal jika melebihi 5GB)

Namun... apa yang terjadi di dalamnya?

Litani Aplikasi yang Menyimpang di Atas Tanah Suci

  • TikTok endless scroll — seperti mantra digital penghapus waktu
  • Gacha games — liturgi keberuntungan palsu yang menagih persembahan dompet
  • Instagram filter — penyembahan citra, bukan substansi
  • AI girlfriend apps — simulasi kasih sayang tanpa tubuh, tanpa sejarah, tanpa luka
  • Mobile spreadsheet — ritual keuangan senilai miliaran, dilakukan dari WC umum Stasiun Manggarai

😮 Ironi Modernitas

“Engkau membeli iPhone 15 Pro Max —
untuk menginstal aplikasi gratis yang menyedot jiwamu melalui iklan.”

Dulu, tanah suci adalah tempat manusia bertemu Tuhan.
Kini, sacred ground iOS adalah tempat manusia:

  • Bertemu algoritma
  • Membayar langganan
  • Mencari validasi digital 24/7

Filsafat Sakramental & Teknologi

Dalam pandangan sakramental:

  • Tubuh bukan sekadar fisik, tapi wadah misteri
  • Maka perangkat bukan sekadar alat, tapi wadah habitus

iOS adalah altar. Tapi altar untuk siapa?

Kalau tidak hati-hati, Apple telah menciptakan ‘gereja’ baru lengkap dengan:

  • Ritus pembaruan tahunan
  • Persembahan lewat Face ID
  • Pengakuan dosa lewat rating bintang App Store

Apple as Institusi Liturgi

Elemen iOS Padanan Sakral
Face IDKonsekrasi identitas
App StoreKatedral digital
iCloudRoh kudus digital
Update iOS tahunanRitus pembaharuan iman
SiriPaduan suara malaikat AI
App reviewSakramen pertobatan publik

Kesimpulan

Teknologi tidak netral.
iOS bukan sekadar “iOperating System”,
Ia adalah “iOntological Shift” — pengubah cara kita melihat diri, waktu, dan ritual hidup.

Di tengah dunia yang haus keheningan,
kita justru membangun altar di atas layar 6.1 inci
dan memohon keselamatan dari server Cupertino.

“Kami mencoba menyentuh tabut suci—
dengan tangan yang masih berbau keyboard IBM 5150 dan VT100.”

Karena kadang, yang paling kudus… tak lagi bersemayam di tempat kudus.