Akhir 90-an, suara modem dial-up menjadi musik pengantar tidur. Bunyi “krreeek... kriiit... duuuiiing” menandakan komputer berhasil terhubung ke dunia luar. Bagi kami, itu bukan sekadar koneksi, melainkan mukjizat: layar DOS bisa tiba-tiba menampilkan pesan dari orang yang tak pernah kami temui.
📡 Telnet: Jendela Pertama
Telnet adalah pintu masuk.
Dengan mengetik telnet bbs.example.net
,
kami bisa terhubung ke server jauh.
Di layar hitam-putih, muncul teks berisi menu, buletin, hingga forum diskusi.
Inilah BBS (Bulletin Board System) — papan pengumuman digital tempat para pionir internet berkumpul.
📰 Buletin Digital
BBS menyediakan segalanya: artikel, shareware, hingga forum curhat. BBC News versi teks, buletin kampus, hingga komunitas lokal semua bisa diakses lewat telnet. Di era sebelum browser grafis, inilah “internet” versi kami: sederhana, cepat, tapi penuh makna.
💬 Chat Awal: IRC & mIRC
Tidak lama kemudian, Internet Relay Chat (IRC) muncul.
Dengan mIRC di Windows 95, kami bisa ngobrol real-time dengan orang dari seluruh dunia.
Channel #indonesia
penuh dengan diskusi mahasiswa, teknisi, bahkan relawan.
Dari sini lahir budaya chatting online yang kelak berkembang ke messenger modern.
💌 Yahoo Messenger: Cinta Pertama Digital
Sebelum WhatsApp dan Telegram, Yahoo Messenger adalah raja. Status “online” jadi simbol kehadiran, emotikon kuning jadi bahasa universal, dan bagi sebagian dari kami, Yahoo Messenger bahkan menjadi tempat bertemu pasangan hidup. Dunia digital perlahan bergeser dari teks teknis ke interaksi personal.
😏 Humor Bear:
Masuk BBS pakai telnet itu kayak ngantri di wartel digital.
Begitu ketemu Yahoo Messenger? Rasanya seperti nemu kafe tempat nongkrong anak kampus 🤭.
✨ Penutup
Era Internet Awal adalah masa di mana komputer tidak lagi berdiri sendiri, tetapi mulai berjejaring. Dari Telnet ke BBS, dari IRC ke Yahoo Messenger — semuanya adalah batu loncatan menuju dunia online yang kita kenal sekarang. Setiap bunyi modem adalah janji: di ujung kabel telepon, ada dunia lain yang menunggu.