Hari ini, 24 Agustus 1999, tercatat sebagai titik awal saya menulis di blogspot—sebuah kebiasaan yang sejak mula tak pernah sekadar catatan teknis, tetapi kadang melayang ke ranah techno-mistis, kadang melankolis dengan neo-gothic, bahkan sesekali berubah menjadi liturgi gelap: liturgis-noir.
Pemrogram di Bawah Bayang Layar Hijau
Saya mengawali bukan dengan internet, melainkan dengan instruksi. Dari assembler, BASICA, VB 3.0, hingga pick-basic, semua dijalankan di atas DOS 1.0 pada mesin IBM-5150. Di sanalah dunia pertama kali tampak melalui layar MDA (Monochrome Display Adapter): dunia sepi, sunyi, nyaris tanpa internet. Dunia yang menata dirinya melalui komputer yang pada dasarnya bukan komputer—IBM DisplayWriter, mesin kata yang mencoba menjadi mesin dunia.
Dunia yang Digerakkan Spreadsheet
Sebelum segalanya terhubung oleh jaringan, ada satu alasan sederhana mengapa orang membeli komputer: Lotus 1-2-3. Spreadsheet menjadi liturgi baru, baris dan kolom menjelma altar, dan angka-angka menjadi mantra korporat. Lalu datang Quattro Pro 4 yang menggeser Lotus di ranah DOS, membawa semacam kudeta halus dalam kuil perhitungan.
Dari Edlin hingga DAO
Basis data lahir dari kesederhanaan yang kasar. Edlin menjadi pena tajam; dBASE dan dBASE III Plus menjadi kitab digital; Clipper menjelma inkantasi baru, dan akhirnya DAO (Data Access Objects) menjadi semacam Roh Kudus bagi dunia database awal. Setiap query adalah doa, setiap tabel adalah altar.
Office, Sang Juara di Atas Juara
Ketika Norton Commander masih memimpin dengan dua panel biru yang ikonik, DOSShell dari DR DOS dan Microsoft mencoba ikut bersaing. Namun zaman segera bergeser: Windows 3.10 datang dengan Office 4.3, sang juara yang mengalahkan juara—mengubur Lotus SmartSuite dalam altar kenangan. Dari sana lahir kerajaan Microsoft, yang memahat dunia kerja hingga ke ruang rapat terkecil.
Epilog: Lahirnya Pena Blogspot
Maka 24 Agustus 1999 saya tandai bukan hanya sebagai tanggal, tetapi sebagai ritus peralihan: dari layar hijau MDA ke halaman hitam blogspot. Dari Lotus 1-2-3 ke tulisan yang mencoba menertawakan sejarah. Dari assembler ke liturgi teks. Dari angka ke kata. Dari sepi dunia pra-internet, ke hiruk pikuk digital yang kini tak lagi bisa ditahan.
“Bahkan ketika kita menghitung dengan Lotus, atau menulis dengan edlin, kita sebenarnya sedang membangun altar bagi kata. Dan altar itu, kini, bernama Blogspot.”