Sering kali, ICT dianggap kaku. Kaku karena selalu kembali ke kontrak. Kaku karena bicara spesifikasi dan TOR. Kaku karena enggan masuk ke ranah abu-abu yang dianggap “fleksibel” oleh sebagian pihak.
Padahal, sikap itu bukan lahir dari keras kepala semata, melainkan dari kesadaran bahwa di dunia konstruksi dan manajemen proyek, abu-abu itu berisiko. ICT yang masuk ke wilayah abu-abu akan cepat terjebak dalam liability: angka tanpa dasar, harga tanpa spesifikasi, dan janji tanpa governance.
Benar, hidup tidak selamanya hitam atau putih. Dunia ini penuh area abu-abu. Namun tugas Chief ICT bukanlah untuk berenang di dalam kabut abu-abu itu, melainkan menjaga agar ICT tidak ditelan olehnya. Hitam-putih, biner 0 atau 1, memang terdengar kaku. Tetapi justru di situlah kepastian, keamanan, dan arah yang jelas.
Lain pihak boleh berbicara “feeling”, “kira-kira”, atau “perkiraan vendor”. Tetapi ICT, demi governance dan kredibilitas perusahaan, harus berdiri di garis yang jelas. Firewall pun tidak boleh abu-abu: ia harus tegas membedakan mana traffic yang boleh lewat, dan mana yang harus diblokir.
Maka, jika ICT dianggap terlalu biner, biarlah begitu. Karena di balik sikap biner itu, ada tujuan: melindungi grup, menjaga kontrak, dan memastikan bahwa di tengah abu-abu, ada pilar yang tetap berdiri kokoh.
Polar Bear ICT berkata:
"Kalau firewall kita abu-abu, semua traffic bablas. Kalau kontrak kita abu-abu, semua harga bisa dianggap benar. Maka biarlah ICT berdiri kaku, demi menjaga terang di tengah kabut abu-abu."
Dan di sinilah seni menjadi Chief ICT: menyeimbangkan ketegasan biner dengan kelembutan manusiawi. Tidak untuk mematikan harmoni, tapi justru untuk memastikan musik organisasi tetap berjalan sesuai partitur yang benar.
ICT Governance: Hitam-Putih di Dunia Abu-Abu