Wednesday, July 7, 2004

ICT di Dunia Abu-Abu: Antara Kontrak, Grey Area, dan Polar Bear Governance

Sering kali, ICT dianggap kaku. Kaku karena selalu kembali ke kontrak. Kaku karena bicara spesifikasi dan TOR. Kaku karena enggan masuk ke ranah abu-abu yang dianggap “fleksibel” oleh sebagian pihak.

Padahal, sikap itu bukan lahir dari keras kepala semata, melainkan dari kesadaran bahwa di dunia konstruksi dan manajemen proyek, abu-abu itu berisiko. ICT yang masuk ke wilayah abu-abu akan cepat terjebak dalam liability: angka tanpa dasar, harga tanpa spesifikasi, dan janji tanpa governance.

Benar, hidup tidak selamanya hitam atau putih. Dunia ini penuh area abu-abu. Namun tugas Chief ICT bukanlah untuk berenang di dalam kabut abu-abu itu, melainkan menjaga agar ICT tidak ditelan olehnya. Hitam-putih, biner 0 atau 1, memang terdengar kaku. Tetapi justru di situlah kepastian, keamanan, dan arah yang jelas.

Lain pihak boleh berbicara “feeling”, “kira-kira”, atau “perkiraan vendor”. Tetapi ICT, demi governance dan kredibilitas perusahaan, harus berdiri di garis yang jelas. Firewall pun tidak boleh abu-abu: ia harus tegas membedakan mana traffic yang boleh lewat, dan mana yang harus diblokir.

Maka, jika ICT dianggap terlalu biner, biarlah begitu. Karena di balik sikap biner itu, ada tujuan: melindungi grup, menjaga kontrak, dan memastikan bahwa di tengah abu-abu, ada pilar yang tetap berdiri kokoh.

Polar Bear ICT berkata:
"Kalau firewall kita abu-abu, semua traffic bablas. Kalau kontrak kita abu-abu, semua harga bisa dianggap benar. Maka biarlah ICT berdiri kaku, demi menjaga terang di tengah kabut abu-abu."

Dan di sinilah seni menjadi Chief ICT: menyeimbangkan ketegasan biner dengan kelembutan manusiawi. Tidak untuk mematikan harmoni, tapi justru untuk memastikan musik organisasi tetap berjalan sesuai partitur yang benar.

ICT Governance: Hitam-Putih di Dunia Abu-Abu