Ada masa ketika kita masih muda dan gagah,
mendengar suara kipas PSU seperti mazmur pagi.
Kita mengetik di layar hijau,
baris demi baris Assembly,
MOV AX, DX
bagai mantra kuno,
INT 21h
bagai doa siang bolong.
Di situlah kita sadar:
satu kesalahan offset,
satu lupa register,
dan dunia jatuh ke dalam General Protection Fault.
Lalu muncullah C.
Katanya lebih modern.
Tapi yang kita temui:
malloc
, free
, dan pointer yang menusuk hati.
Seolah-olah kita bukan menulis program,
tapi mengurus rumah kos penuh penyewa gelap.
C sedikit lebih manis daripada ASM,
tapi tetap keras, pahit, dan penuh jebakan.
Maka datanglah QBASIC,
seperti Injil Baru untuk programmer tua.
Tidak perlu lagi menghafal alamat 0100h.
Cukup tulis:
PRINT "Hello, World!"
Dan dunia pun jadi terang.
QBASIC adalah kasih karunia:
DIM
menggantikan penderitaanmalloc
.FOR...NEXT
menggantikan loop pointer.PRINT
menggantikanINT 21h/AH=09h
.
Tiba-tiba coding bukan lagi dosa asal,
tapi doa syukur.
Hari ini,
kita menatap layar modern penuh framework 500 MB
hanya untuk menulis “Hello World”.
Dan kita tertawa getir:
“Dulu, cukup satu disket.
Sekarang, satu laptop pun masih megap-megap.”
😏 Humor Bear:
Tuhan menciptakan Assembly supaya kita tahu neraka,
C supaya kita tahu api penyucian,
dan QBASIC supaya kita tahu surga digital.
✨ Ave para oldschoolers:
Kita pernah menderita bersama di DOS,
tapi kita juga pernah tertawa bersama di QBASIC.
Dan itu adalah anugerah yang tak tergantikan.