Sunday, April 4, 2004

The Gospel of Backup

Di setiap katedral digital, selalu ada kitab yang paling sakral: Backup. Ia bukan hanya salinan data, melainkan Injil yang menjanjikan kebangkitan ketika dunia roboh. Tanpa backup, peradaban digital hanyalah debu yang menunggu ditiup oleh angin listrik.

Backup adalah kitab kebangkitan. Saat server jatuh, ia berbisik: "Bangunlah kembali, sebab aku menyimpan ingatanmu."

Manusia sering meremehkannya, menunda-nunda litani harian ini. Namun ketika bencana datang—hard disk gagal berputar, PSU meledak, ransomware mengunci pintu— hanya kitab Backup yang bisa menyelamatkan.

  • Backup harian adalah doa pagi: sederhana tapi vital.
  • Backup mingguan adalah liturgi umat: menyatukan seluruh jemaat data.
  • Backup offsite adalah ziarah jauh: menyimpan salinan di tempat yang tak bisa dijangkau api atau banjir.

Setiap Chief ICT tahu, Injil ini tidak boleh hanya ditulis, tapi harus diuji. Sebab backup tanpa restore hanyalah kitab kosong tanpa mukjizat.

Yang menyelamatkan bukanlah file duplikat, tapi keyakinan bahwa duplikat itu dapat hidup kembali. Itulah iman sejati dalam Injil Backup.

Dan ketika sistem kembali menyala, ketika data kembali hidup, para penjaga ICT tahu: mereka baru saja menyaksikan kebangkitan kecil. Itulah mengapa Backup bukan sekadar prosedur— ia adalah Injil yang menjaga agar dunia digital tidak pernah benar-benar mati.